On 03:31 by Unknown in Celotehan Ngasal 2 comments
Hari ini tampak kegembiraan di masyarakat tatkala meyaksikan perlombaan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati 70 tahun kemerdekaan Indonesia. Mulai dari anak - anak hingga orang tua larut dalam keceriaan mengikuti pertandingan yang diadakan mulai dari balap karung hingga sang favorit pertandiangan, yaitu Panjat Pinang. Biarkan mereka tertawa penuh keceriaan, dikala kemuraman dan kesedihan yang menyelimuti bangsa ini semakin pekat.
Namun, aku minta maaf padamu Indonesia, jika hari ini aku tidak bisa merayakan hari kemerdekaanmu. Bukan karena aku tidak nasionalis, atau tidak cinta pada dirimu, namun dihari jadimu yang 70 ini, aku bersedih dengan apa yang terjadi pada bangsa ini, pada dirimu Indonesia.
Tatkala para pejuang yang telah membebaskanmu dari cengkeraman penjajahan menyerahkan jiwa dan raganya agar engkau bebas merdeka. Tatkala, proklamatormu Soekarno dan Hatta menjadikan dirimu disegani oleh bangsa lain, berdiri tegak dan lantang melawan penjajahan dan ketidakadilan, menjadikan dirimu bangsa yang punya harkat dan martabat di mata bangsa lain. Kini....
Kini... kecemerlangan dirimu yang megah dimasa lalu semakin terkikis oleh kompeni - kompeni berwajah pribumi yang tanpa malu menjual dirimu dan merendahkan dirimu. Dulu engkau disegani, kini engkau menjadi bangsa yang sakit dan sering direndahkan. Dulu engkau bersuara lantang, kini suaramu hampir tak terdengar. Dulu engkau bangsa yang kuat, kini engkau menjadi bangsa yang lemah.
Siapakah yang menjadikanmu seperti itu wahai Indonesiaku? Disana ada para penjilat asing dan aseng yang senang menjual kemegahan dirimu pada bangsa lain. Disana ada penghancur moral generasi mudamu melalui tayang televisi yang jauh dari kesan Indonesia mu.
Dan aku termasuk orang yang melemahkanmu, oleh karena itu maafkanlah aku wahai Indonesia ku. Bukan aku tak senang akan perayaan kemerdekaanmu, namun jauh dari itu aku sedih dengan apa yang terjadi padamu saaat ini.
Maafkan aku, Indonesia...
=== ARTIKEL TERKAIT ===
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Artikel terbaru
Top 5 Postingan
-
Berbicara mentoring pastinya tak lepas dari tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Pentingnya pemahaman para mentor akan tujuan dan sasaran...
-
Saudara syurgaku... Bagaimana tilawah dan qiyamulail diri selepas Ramadhan, adakah lidah-lidah tetap basah dengan lafadz-lafadz cinta-Nya....
-
Serial pemuda multi talenan dibuka dengan talent pertama yang sering kita temui di sekolah ataupun di kampus. Biasanya si doi adalah orang...
-
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku t...
-
Kita mengenal dalam da’wah ada yang tergolong ke dalam da’wah umum (publik) yang dilakukan dalam bentuk penyebaran Islam melalui buku, maj...
-
Banyak info yang kami dengar... Bahwa banyak diantara pejuang quran undur diri.. Entah mengapa?? Apakah sudah lupa akan kehidupan surga y...
-
Salam MANTAB MULIA, Bermanfaat, Bermartabat, Mulia ...!!! Sahabat ODOJku, Sadarlah ...!!! Sadarlah bahwa Allah menciptakanmu sebagai mak...
-
Hari ini tampak kegembiraan di masyarakat tatkala meyaksikan perlombaan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati 70 tahun kemerdeka...
-
Indonesia memang menjadi pasar paling potensial untuk meraih keuntungan pribadi walau dengan menghancurkan moral generasi mudanya. Mu...
-
Bagi yang sering jual beli gadget di pesbuk pasti biasa kan denger yang namanya TL atau tukar loss,, atau yang biasa dikenal dengan bart...
Kategori
- Celotehan Ngasal ( 5 )
- Dakwah Kampus ( 1 )
- F4 ODOJ ( 10 )
- Kontemplasi Diri ( 13 )
- mentoring ( 3 )
- Serial Pemuda Multi Talenan ( 2 )
mirisnya salah satu keturunan Soekarno menjadi salah satu sosok yang melemahkan bangsa ini, menjual aset bangsa dan menjadikan sosok boneka yang tak punya daya jadi seorang presiden di negeri tercinta ini. :(
ReplyDeletetidak selamanya buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. yang ini buahnya ketiup angin hingga jauh dari pohonnya
ReplyDelete