tempat nongkrong sederhana AKTIVIS KOFI DARAT

On 05:22 by Unknown in    No comments
Kita mengenal dalam da’wah ada yang tergolong ke dalam da’wah umum (publik) yang dilakukan dalam bentuk penyebaran Islam melalui buku, majalah, publikasi atau melalui kaset rekaman. Selain itu, ada yang disebut sebagai da’wah individual (selanjutnya akan disebut da’wah fardhiyah) yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan da’wah umum. Dalam artikel ini, akan dibahas jenis da’wah yang kedua yakni Da’wah Fardhiyah.

Langkah Pertama 
Kita akan memulai dengan langkah pertama dalam da’wah fardiyah yaitu membangun persahabatan dengan penerima da’wah dan membuatnya merasakan ketulusan perhatian kita kepadanya. Kita berinteraksi dengannya tanpa menyinggung isu da’wah sampai hati mereka siap menerimanya. Penerimaan mereka akan berbanding lurus dengan perhatian dan emosi yang kita curahkan kepadanya. Pembicaraan dengan mereka mengenai da’wah dapat membuat mereka berpaling. Langkah pertama ini dapat memakan waktu yang lama, mungkin butuh beberapa pekan. 

Langkah Kedua 
Langkah kedua adalah berusaha membangkitkan ketenangan di hati penerima da’wah. Pembicaraan ini tidak harus mengenai keimanan secara langsung, tetapi pembicaraan yang alami seolah tanpa disengaja. Kita dapat memanfaatkan momen ketika melihat burung, tanaman, serangga, atau ciptaan Allah lainnya untuk membicarakan kekuasaan-Nya, kebesaran-Nya dan kehendak-Nya. Misalnya kita dapat terangkan bagaimana tanaman bisa tumbuh di atas tanah dan air yang sama, tetapi berbeda batang, daun, bunga, buah dan warnanya.

Pada batasan ini, dialog harus berlanjut tentang topik keimanan. Ketika iman muncul, ia akan mengevaluasi kehidupannya dan akan mersa bahwa jika ia terus berada dalam kelalaian, kecenderungan terhadap dosa dan ketidakpatuhan kepada Allah, maka ia akan menghadapi hukuman keras dari Allah pada hari kiamat. Jika sudah samapai pada tahap ini, mengarahkannya kepada kewajiban Islam akan menjadi lebih mudah. 

Setelah itu, langkah ketiga dimulai 

Langkah Ketiga 
Langkah ini berhubungan dengan bagaimana menolong penerima da’wah untuk menyadari kondisi dirinya dengan belajar mengenai ketaatan kepada Allah, kewajiban beribadah, praktek ajaran Islam, menjauhi Islam dan berakhlak Islami. Akan lebih baik jika memberikannya bacaan ringan seputar aqidah, ibadah, dan akhlaq, dan mengajaknya menghadiri majelis ilmu di mana ia dapat bertemu dengan orang-orang sholih dan menjauhi orang jahil. 

Ia tidak boleh ditinggalkan terlalu lama tanpa adanya follow-up. Melakukan follow-up akan membantunya untuk tetap di jalan yang lurus, dan melinndunginya dari penyebab berkurangnya komitmen, kemalasan, dan sikap berlebihan. Tahapan ini mungkin berlangsung beberapa pekan atau bulan, sampai terbentuk kepribadian Islami yang solid dan sulit digoyahkan. Kita harus mengetahui bahwa ada beragam orang pada tahapan ini, dan kita dapat memulai langkah keempat apabila kriteria tadi sudah dipenuhi dan terdapat hubungan yang kuat antara kita dengannya serta adanya kemauan untuk berdialog lebih lanjut dan benih komitmen kepada da’wah. 

Langkah Keempat 
Langkah keempat meliputi penjelasan lengkap mengenai ibadah. Ibadah yang tidak hanya dibatasi oleh shalat, puasa, zakat dan haji, melainkan ibadah itu meliputi seluruh aspek kehidupan seperti makanan, pakaian, pengetahuan, kerja, olahraga dan kepedulian terhadap generasi muda. 

Semua aspek tersebut dapat disebut ibadah manakala dua kondisi terpenuhi. Kondisi pertama adalah niat ikhlas dan ketaatan kepada islam yang didalamnya segala aktifitas kita merupakan sarana untuk mentaati Allah yang telah meng’amanah’kan kita sebagai khalifah di muka bumi. Misalnya, kita makan dan minum untuk memperoleh kekuatan untuk beribadah kepada Allah, maka makan dan minum tersebut merupakan ibadah yang Allah berikan ganjaran atasnya. 

Juga, jika kita berolah raga untuk memperkuat tubuh kita supaya sanggup melaksanakan tugas dakwah dan jihad di jalan Allah, maka olah raga yang kita lakukan tadi juga bernilai ibadah. Dengan begitu, seluruh kehidupan kita ini adalah ladang peribadatan yang luas, jika setiap aktifitas tadi dilakukan dengan niat yang ikhlas dan tulus. 

Yang harus dipenuhi adalah segala aktifitas yang kita lakukan sesuai dengan perintah Allah dan ajaran islam. Karenanya, kita tidak makan, minum dan berpakaian kecuali jika hal tersebut halal dan dapat diterima sebagai ibadah. Misalnya, kita tidak boleh memakan makanan yang haram meskipun dengan tujuan membangun tenaga untuk mentaati Allah. Pada tingkatan ini, aktifitas pribadi penerima dakwah harus sejalan dengan perintah Allah. Lebih jauh lagi, ia harus memahami sifat dasar ibadah yang komprehensif tadi daripada ibadah yang hanya terbatas pada pilar islam (rukun islam). 

Diharapkan mentor pun menggunakan tahapan-tahapan ini dalam mengelola kelompoknya. Dakwah fardiyah merupakan salah satu kunci sukses dalam pembinaan. 

Sebagai penutup tidak salah jika kita juga membaca beberapa literatur yang akan mendukung suksesnya dakwah fardhiyah seperti Bagaimana Menyentuh Hati, karya Syeikh Abbas As-Sisi dan juga Fiqh Dakwah, karya Syeikh Mustafa Masyhur, dan masih banyak lagi referensi literasi lainnya.

On 04:42 by Unknown in    No comments
Berbicara mentoring pastinya tak lepas dari tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Pentingnya pemahaman para mentor akan tujuan dan sasaran mentoring akan menentukan keberhasilan dan efektifitas dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

Oleh karena itu, mari kita fahami tujuan mentoring sebagai berikut :
  1. Menanamkan pemahaman tentang pentingnya belajar Islam
  2. Memperkenalkan mentoring sebagai sarana untuk membina diri
  3. Memberikan motivasi dalam menuntut ilmu
  4. Memperbaiki ibadah-ibadah harian secara kontinu
  5. Menanamkan loyalitas awal (kebanggaan) terhadap Islam
  6. Menanamkan pemahaman tentang kepribadian yang Islami
Jika tujuan tersebut sdh bisa difahami maka sasaran mentoring secara otomatis akan kita fahami juga. adapun sasaran dari mentoring antara lain :
  1. Peserta memahami urgensi belajar Islam secara berkelanjutan. Evaluasi melalui presensi dalam mentoring. Lengkapi dengan penelusuran motif peserta.
  2. Peserta semakin banyak berinteraksi dengan Al Qur’an, mengenal tajwid dan memperbaiki bacaannya.Motivasi peserta untuk memiliki mushaf dan membawanya, pada awalnya pada saat mentoring tetapi kemudian mushaf itu dapat dibawa dalam kehidupannya sehari-hari.
  3. Peserta mampu melaksanakan ibadah harian secara kontinu (terutama yang fardhu)
  4. Peserta bersimpati pada masalah keislaman.
  5. Peserta berusaha mengaplikasikan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari
Semoga sukses mentoringnya (^_^)
On 04:05 by Unknown in    No comments
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” (Q.S Fussilat : 33)

Mentoring merupakan sebuah proses transfer nilai. Nilai - nilai yang didapatkan dan dipahami oleh seorang adik mentor secara perlahan tapi pasti akan membentuk sebuah sistem nilai (Islam) yang kemudian akan menjadi bagian dari kehidupannya. Fikroh ini akan melekat dalam diri sehingga adik mentor tidak ragu lagi untuk mengatakan ”Saksikanlah, sesungguhnya aku adalah seorang muslim”.

Selayaknya konsep marketing sebuah produk, frame mentoring sebagai sebuah media belajar yang menarik perlu diciptakan sehingga adik tertarik dan paham urgensi mentoring/pembinaan bagi dirinya. Para mentor pun menjadi paham kreatif, serta bersemangat untuk membina adik-adik serta dirinya sendiri. 

Kalau selama ini format standar mentoring adalah pemberian materi melulu dari mentor ke adik dalam arti fokus pada materi maka untuk saat ini yang diutamakan adalah transfer nilai, pembentukan pemahaman keislaman adik. Sasarannya adalah adik mau mengikuti proses tarbiyah secara rutin dan kontinu sebagai sebuah kesadaran penuh bahwa ia adalah seorang muslim. Adik memahami dan merasakan bahwa ia membutuhkan nilai-nilai tersebut. Jika ia datang pekan ini untuk mendapatkan suatu nilai, maka pekan depan ia akan berusaha untuk datang lagi karena membutuhkan nilai yang lainnya. 

Secara teknis, mentoring diupayakan bersifat dinamis dengan pelibatan visual, audio dan kinestetik sehingga adik dapat bersikap aktif, bersemangat dan tidak merasa jenuh di dalam kelompoknya. Metode yang digunakan tidak harus duduk melingkar, bisa dalam bentuk olahraga bersama, jalan-jalan, responsi, rujakan, dan lain-lain. Setidaknya kegiatan tersebut dilakukan oleh mentor dan adik dalam satu waktu.